Sabtu, 05 Juni 2010

Tips Presenter Televisi

Sejak dibolehkannya stasiun televisi swasta beroperasi pada akhir tahun delapan puluhan, perkembangan dunia televisi kita berkembang sangat pesat. Lahirlah presenter-presenter tv dan juga mc terbaik tanah air. Diawali dengan RCTI pada tahun 1989, diikuti TPI dua tahun kemudian, saat ini sudah ada sepuluh stasiun televisi yang mengudara selain TVRI. Jumlah ini tentu saja tidak termasuk televisi-televisi lokal yang hanya boleh beroperasi secara terbatas menjangkau audiens dalam lingkup propinsi dan setingkatnya.

Perkembangan televisi yang dari segi kuantitas mengalami peningkatan secara signifikan, melahirkan alternatif lahan pekerjaan yang yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Daya tarik dunia televisi menumbuh-kembangkan profesi-profesi baru mengikuti geliat jagad hiburan si kotak ajaib yang bergerak sangat cepat. Cameraman, floor director, director,make up artist, editor, pemain sinetron, bintang iklan, presenter hanyalah beberapa di antaranya.

Awalnya kita cuma mengenal penyiar-penyiar hard news jadul TVRI seperti Toety Adhitama, Anita Rachman, Inke Maris, Pungky Rungkat, Ines Sukandar, Yasir Denhas. Kemudian muncul generasi berikutnya dari berbagai tv swasta seperti Rosiana Silalahi, Arief Suditomo, Ira Koesno, Teguh Djuarno. Saat ini kita akrab dengan nama-nama yang lebih baru lagi seperti Frida Lidwina, Tina Talisa, Najwa Shihab, Putra Nababan dan masih banyak lainnya yang wajahnya mungkin lebih kita kenal ketimbang tetangga sebelah rumah kita.

Untuk urusan tayangan di luar hard news seperti kuis, variety shows, talkshows, bila tadinya pilihan terbatas pada old crack seperti Kris Biantoro, Bob Tutupoly, Koes Hendratmo kemudian diikuti generasi berikut yaitu Tantowi Yahya, Kepra, Cathy Bonn, saat ini bahkan jauh lebih banyak lagi presenter generasi baru berikutnya seperti Ferdy Hasan, Helmi Yahya, Farhan, Tamara Geraldine, Tukul, Nico Siahaan, Alya Rohali.

Menarik juga mengamati perkembangan jurnalistik televisi yang mengupas sisi-sisi kehidupan selebriti yang dikenal dengan infotainmen. Pertumbuhuan jurnalistik sejenis ini juga merekahkan ladang baru yaitu presenter infotainmen atau gosip. Misalkan satu stasiun televisi memiliki rata-rata lima infotainment, berarti ada lima puluh produksi infotainment yang di gelar sebagai tontonan untuk menghibur audiens. Sebagian besar muncul perhari bahkan bisa 3 kali sehari seperti dosis obat batuk.

Dipelopori oleh Ilham Bintang dengan salah satu tayangan yang menjadi primadonanya yaitu Cek & Ricek, program sejenis di tanah air marak tak terkendali dengan jumlah lebih dari yang dibutuhkan untuk ditonton.

Tayangan infotainmen yang ada amatlah variatif. Dari yang berkualitas, berkelas, beretika, sampai yang ecek-ecek, murahan, tidak beretika, sekenanya. Dari yang isinya bisa dipertanggung-jawabkan karena menghargai kaidah-kaidah jurnalistik dan penyampaian oleh presenternya secara santun dan manis hingga yang benar-benar cenderung memojokkan, menimbulkan kesan mengadu domba tanpa peduli dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan, bahkan secara tendensius hanya mencari sensasi, membohongi publik dan menyesatkan.

Lengkap sudah dinamika televisi tanah air dengan hadirnya beragam tayangan yang sebelum tahun sembilan puluhan, terbayang pun tidak.

Pesatnya kemajuan industri televisi berdampak pula pada industri-industri yang berdampingan secara dekat dengan dunia televisi seperti industri musik, iklan, dan film.

Jika pada era delapan puluhan kita hanya bisa menikmati lagu-lagu sejenis Rinto Harahap, Obbie Messakh, Pance Pondaag yang bisa dibilang kurang variatif karena umumnya hanya terdiri dari tiga kunci dengan model promo yang sangat terbatas, sekarang kita bisa menikmati musik karya anak bangsa sangat kaya akan melodi, variatif, modern yang menerpa seluruh lapisan melalui media promo maha kuasa yakni si kotak ajaib televisi.

Bagaimana dengan dunia film televisi? Deretan pendatang baru yang menghiasi gemerlapnya bisnis hiburan tv tanah air membludak luar biasa. Bintang-bintang muda bermodal kesegaran, kepolosan, ketampanan/kecantikan muncul dimana-mana. Sedikit saja lengah menonton televisi, Anda pasti tersesat di tengah semarak dan meriahnya wajah-wajah pendatang baru di belantara industri hiburan tv tanah air. Tahun ini mungkin tahunnya Cinta Laura tapi tahun depan mungkin saja muncul Cinta-Cinta yang lain.

Melihat fenomena maraknya jagad hiburan televisi, dari seluruh profesi yang ada, profesi presenter merupakan primadonanya. Argumentasinya sangatlah sederhana. Jauh lebih banyak penyanyi, pelawak, pesinetron, bintang iklan, foto model, ratu kecantikan yang kemudian berakhir menggeluti pekerjaan sebagai presenter dibanding kebalikannya.

Eko Patrio, Olga Lydia, Dik Doang, Desy Ratnasari, Dorce, Uya Kuya, Ricky Jo, hanyalah segelintir nama-nama yang awal terjun ke dunia tv bukan sebagai presenter namun ujung-ujungnya lebih dikenal sebagai presenter ketimbang profesi awal mereka.

Apakah ini berarti profesi presenter memiliki tingkat kesulitan yang lebih sedikit ketimbang profesi-profesi lain seperti pesinetron, penyanyi, pelawak, foto model, bintang iklan? Mungkin ya mungkin tidak, jawabannya bisa sangat debatable.

Yang jelas bagi Anda yang ingin mengeluti profesi ini, sebaiknya memerhatikan beberapa hal sebelum nyemplung menjadi presenter profesional. Tanpa beberapa hal seperti persiapan memadai, latihan bawah bimbingan para ahli secara secara kontinyu, kerja keras tanpa kenal lelah, mental baja menerima kritikan yang sering bikin kepala mau pecah jangan berharap banyaklah.

Jika hanya mengandalkan tampang keren atau karena merasa sudah top di sinetron/film/nyanyi/lawak , lalu merasa mudah menjadi presenter, Bung yang begini namanya modal nekat. Sepiawai apapun Anda di bidang lain jika tidak berusaha sekeras mungkin ketika menekuni bidang yang anyar, bisa gawat. Karena sebetulnya itu sama saja Anda seorang new comer yang amat minim pengalaman pada pekerjaan gres tersebut. Masih ingat kan kasus seorang bintang film top yang akhirnya gatot membawakan kuis miliarder? Padahal bila ditilik dari pengalaman berhadapan dengan kamera si artis tidak perlu diragukan lagi. Namun ada perbedaan yang sangat mendasar bahkan sangat ekstrim ketika seseorang berakting sebagai pemain film atau menjadi presenter tv. Jangankan presenter dengan film, presenter berita dengan presenter kuis saja bedanya guedeeee banget Mas.

Menganggap remeh profesi presenter karena tak terhitung artis yang menekuninya dengan sukses, apalagi unsur keriaannya tinggi dan banyak cengengesannya sah-sah saja tapi merasa bahwa profesi ini adalah profesi gampang sehingga tidak perlu membekali diri dengan pengetahuan mencukupi sebelumnya sama saja dengan terjun bebas ke dalam kolam renang yang dalamnya yang tiga meter padahal Anda tidak bisa berenang sama sekali, belum pernah belajar renang dibawah bimbingan guru renang terlatih sedikitpun.

Bila demikian halnya maka hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi; jadi jago berenang -karena kepepet-, atau malah mati tenggelam dengan sukses. (Sonny Tulung)

Tidak ada komentar: